Rabu, 09 September 2020

Love Journey 3

Perjalanan cinta itu unik dan penuh pengorbanan yang menuntunku untuk belajar dewasa

Cinta bukan hanya belajar mencintai dan bahagia dicintai

Namun cinta mengajarkan kita untuk saling menghargai dan mengasihi

Ketika salah satu dari kita ada kesalahan, kita dituntut untuk saling menegur dan menasehati

Takkan pernah ada manusia yang sempura, namun kita bisa bersatu untuk saling melengkapi ketidaksempurnaan itu.



 Sweet Moment Three, 09/09/2020

Kamis, 14 Mei 2020

Diam di Rumah


Bumiku sedang berduka tak seperti dahulu kala. Aku merindukan kehidupan yang normal tak seperti saat ini. Udara yang dulu segar di pagi hari kini harus memakai penutup hidung dan mulut untuk melindungi diri. Biasanya setiap hari berkumpul dengan teman-teman di sekolah kini harus menghindari kerumunan. Banyak lagi hal-hal yang membuatku terasa bosan.
Tempat tinggalku yang dulu ramai kini sepi bak kota mati. Sudah dua minggu aku diam di rumah, keluarpun hanya untuk membeli keperluan yang penting aja. Cuma segelintir orang yang berkeliaran di luar rumah. Rasanya aku ingin sekali pergi ke rumah teman-temanku.
“Bu, Nita boleh main ke rumah Nia tidak?” ucapku.
“kamu tidak tau kalau situasi di luar lagi kacau kayak gitu?”. Jawab ibuku
“Tau bu, tapi aku bosan di rumah terus, huhu”.
“gak usah keluar rumah, bantu ibu bersih-bersih rumah sana!”
Ibuku yang biasanya selalu menyuruhku main keluar rumah biar gak jadi anak rumahan aja sampek ngurung aku kayak gini. Padahal hari ini hari Minggu. Hidupku hanya rebahan, beres-beres rumah, nonton tv, main game dan itu aku lakukan hampir tiap hari.
“Kriiiiingggg……..”. Keesokan paginya, jam alarmku berbunyi menunjukkan pukul 05.00 WIB bergegas aku menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi akupun ganti baju, bermake up dan mencari tasku. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB.
“Buu… aku telat ke sekolah. Tambahin uang jajan ya buat beli sarapan.” Ucapku bingung
“kamu mau kemana Nita kok pakai seragam sekolah?”. Tanya ibuku heran
“ Nita mau pergi sekolah lah bu ini kan hari Senin, masak ibu lupa?”. Jawabku
“Astaga Nitaaa! iya ibu tau kalau hari ini hari Senin tapi sekolah udah libur sejak dua minggu yang lalu. Sadar sadar…”
“ya ampun, Nita lupaa buu.” Jawabku malu
Saking lamanya di rumah membuatku teringat kebiasaanku ketika sekolah. Aku kangen suasana sekolah, guru-guru, dan teman-temanku. Aku melihat pesan grup whatsapp dan Pak Budi memberiku tugas membuat artikel tentang wabah virus ini dan tips aktivitas positif selama diam di rumah. Aku termenung memikirkan keadaan ini. Otakku sudah tak mampu untuk berfikir lagi. Pelan-pelan aku mencari inspirasi untuk mengerjakan tugas sekolahku. Tiba-tiba ponselku berbunyi dan ternyata Dinda menelfonku.
“Telulitttt….”
“ Haloo Dinda.”Ucapku
“Haloo Nita… gimana kabarmu?”. Tanya Dinda
“Kabarku baik-baik aja. Aku kangen banget main sama kamu. Masa tadi aku pagi-pagi udah dandan mau pergi ke sekolah, duhh lupa aku.”
“Hahahaha..Yaelah, udah betah-betahin aja di rumah tuh. Jangan keluar rumah, kalaupun terpaksa keluar rumah wajib pakek masker, selalu jaga kebersihan, dan hindari kerumunan”.
“Idihh, kamu abis dapat percerahan apa lengkap betul pesannya. Hehe.”
“Hehe aku kayak gini karena aku sayang sama sahabatku. Sudah banyak korban yang meninggal karena virus ini.”
Seketika suasana berubah menjadi sunyi, terdengar suara tangisan yang membuatku gelisah. Jelas itu suara Dinda. Akupun bertanya apa yang terjadi, sampai ku ubah telfonku menjadi Video Call. Aku melihat mata Dinda sudah merah dan bengap.
“Dinda kamu kenapa tiba-tiba menangis? Apa yang terjadi?” Tanyaku panik.
“kemarin aku dapat kabar, kalau kak Bagas yang dinas di Rumah Sakit Merdeka meninggal karena terjangkit virus menular.”
“Ya ampun Dinda, aku turut berduka cita ya.”
“Iya Nita. Pesan beliau sebelum meninggal. Jangan keluar rumah jika tidak begitu mendesak, dan gunakan masker ketika keluar rumah. Jangan berada dikerumunan dan selalu jaga kebersihan.”
“Iya pasti akan aku lakukan pesan kakakmu. Terima kasih ya Dinda.”
Aku akhiri percakapanku dengan Dinda dan memberiku pengetahuan bahwa virus ini bukan virus main-main. Semenjak dapat cerita dari Dinda, akupun terinspirasi mengerjakan tugas artikel dari pak Budi. Aku luapkan kesedihan Dinda ke dalam artikelku dan memberi pemahaman tentang bahayanya virus ini.
“Nitaaaaaa?”. Teriak ibuku
“Apa bu? kenapa ibu teriak gitu?”. Tanyaku kaget
“Itu dapur berantakan, coba kamu rapiin biar kelihatan bersih gitu, ibu capek”. Jawab ibu
“Yaelah bu, bikin jantung Nita copot aja. Iya aku rapiin ya.”
Akhirnya aku membantu ibuku membereskan dapur. Seketika aku melihat tepung terigu dan tepung tapioka di dapur. Aku pun berfikiran ingin membuat cilok seperti yang dijual di sekolahku. Aku buka handphone dan ku cari resep cilok di internet. Setelah satu jam setengah aku di dapur, akhirnya cilok buatanku jadi ank u beri saos.
“ Ibu… ini aku buat cilok. Hehehe.” Ucapku malu
“ Lah tumben kamu masak Nita?” ibuku heran
“Hehehe… coba dulu lah bu, enak lo. Ini resep dari internet.”
“Wahh kok enak cilok buatanmu.” Ucap ibuku sambil mencicipi cilok buatanku.
“Iya kah bu?”
“Iya ini enak. Ternyata anak ibu bisa masak juga hehehe. Ada hal positif juga kan kamu diam di rumah, kamu bisa bantu ibu dan belajar masak gini. Diam di rumah harus bermanfaat, dan doakan juga saudara-saudara kita yang terkena musibah ini agar diberi kesembuhan. Semoga virus ini segera menghilang”
“Aamiin.. iya bu.”
Seketika aku terdiam dengan ucapan ibu dan merenungi apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba aku ingat kembali tugas dari pak Budi. Aku tuliskan kegiatanku di rumah untuk menyelesaikan tugas artikelku. Jangan bosan diam di rumah. Nikmati dan ciptakan aktivitas yang bermanfaat agar tidak merasa bosan. Jagalah kebersihan, cuci tangan dengan sabun, pakai masker dan hindari kerumunan. @YK

Rabu, 22 April 2020

Rasa yang Berganti 1

Waktu itu terus bejalan dan berganti, begitu pula hati dan perasaan seseorang.
Setiap orang memiliki hati dan perasaan. Mereka memiliki rasa suka, senang, kagum bahkan sedih. Ada hati yang kokoh, adapula hati yang rapuh. Waktu yang silih berganti membuat rasa seseorang menjadi berubah. Jika orang tersebut sudah berniat melupakan segala kenangannya, maka akan cepat hati itu berpaling. 

Suatu kisah, ada seorang perempuan yang bernama Nadia. Dia memiliki seorang sahabat di sekolah yang bernama Angga. Setiap hari mereka selalu berkomunikasi saling bertukar kabar. 
Angga : Hai, lagi ngapain, udah makan ?
Nadia  : lagi nonton tv, udah makan juga. Kamu lagi ngapain?
Angga : lagi diem aja

Obrolan mereka hanyalah sebatas pertanyaan yang selalu berulang-ulang namun cukup menghilangkan rasa sepi mereka. Seiring berjalannya waktu, Nadia memberikan rasa lebih dalam persahabatan mereka. Nadia tak mampu untuk mengatakan, dan ia simpan dalam dirinya. Namun tanpa disangka, ternyata Angga memiliki rasa ke orang lain, dan menceritakan ke Nadia.
Angga  : Hee aku suka sama Rani, anak kelas sebelah.
Nadia   : Ciee ada yang lagi kasmaran nih, sukamu yang cantik-cantik deh. (sambil menyembunyikan rasa kecewa).
Angga : Ya harus dong, do'akan aku diterima.
Nadia  : Iya pasti.

Rasa kecewapun muncul di hati Nadia. Namun Nadia tak pernah berani mengatakan rasanya kepada Angga. Hanya kata ikhlas yang ada dibenak Nadia.

Beberapa hari kemudian, Angga sudah berhasil memikat hati Rani.
Angga : Hee aku udah pacaran sama Rani
Nadia  : Lah kok cepet banget
Angga : Iya dong
Nadia  : hehe selamat dah ya, jaga baik-baik tuh hatinya orang.
Angga : Pasti. Kamu akan selalu jadi sahabatku. Oke
Nadia  : Pasti dong

Kini hati Nadia sudah rapuh, tak ada harapan lagi untuk memiliki Angga. Hati Nadia pun bertambah kesal ketika Angga selalu menceritakan hari-harinya bersama Rani. Namun Nadia selalu mendengar curhatan sang sahabat.
Angga : Hee lagi ngapain?
Nadia  : lagi diem aja
Angga : Aku habis jalan-jalan sama Rani
Nadia  : Oh ya, seneng dong
Angga : Iya dong, besok kamu giliran ku ajak main.
Nadia  : Haha gak usah aneh-aneh deh. Aku bisa jalan-jalan sendiri
Angga : Yakin?
Nadia  : Iya

Setiap hari Nadia harus menahan rasa cemburu dan sakit hati yang tak diketahui oleh Angga. Nadia pun mulai mencoba bersikap biasa dan menghilangkan sedikit demi sedikit perasaannya terhadap Angga. Namun hal tersebut begitu sulit dilakukan karena Anggapun selalu menghubungi Nadia, meskipun tidak sesering ketika Angga belum bersama Rani. Hari-hari Nadia begitu menyedihkan, namun Nadia mencoba untuk menyenangkan dirinya bersama dengan teman-teman disekolah. Nadia tidak terlalu menganggap serius obrolan bersama Angga.

Dua bulan kemudian, Angga mengatakan bahwa dia sudah putus dengan Rani. Hubungan mereka tidak berlangsung lama, namun cukup lama melukai hati Nadia.
Angga : Hee, aku putus sama Rani huhu
Nadia  : Hmm kok bisa?
Angga : Gak tau, tiba-tiba dia mutusin aku tanpa sebab
Nadia  : Oh ya, sabar dah ya

Entah kenapa, perasaan Nadia biasa saja mendengar cerita sang sabahat. Seharusnya Nadia merasa senang dengan cerita itu karena dia masih ada kesempatan lagi bersama Angga. Namun, perasaan Nadia kini sudah berubah, ia tidak memiliki rasa lagi ke Angga. Ia mulai asik dengan teman-temannya yang selalu membuatnya tersenyum bahagia. 

Kini masa-masa sekolah tlah usai, kita sudah memiliki rencana dan jalan masing-masing. Kita sama-sama berjuang untuk meraih cita-cita kita hingga saling bertukar kabarpun sudah mulai jarang.
Angga : Hee, gimana kabarnya?
Nadia  : Baik. Kamu?
Angga : Baik juga
Nadia  : gimana kerjaanmu?
Angga : lancar
Nadia  : syukurlah

Dua tahun berlalu, Nadia sudah nyaman dengan kehidupannya saat ini. Rasa kangen bersama Angga masih dirasakan, namun bukan kangen menjadi penunggu hati Angga melainkan kangen menjadi sahabat Angga. Nadia pun sudah memantapkan hati untuk membuka hati kepada orang lain yang akan tulus mencintainya.
Angga : Apa kabar?
Nadia  : Baik dong. kamu gimana?
Angga : Baik juga. Udah punya pacar?
Nadia  : Haha belum nih. Kamu?
Angga : Belum juga. Btw kita udah kenal lama, dan udah mengerti satu sama lain. Gimana kalau pacaran?
Nadia  : Hehe katanya kita sahabatan
Angga : Mau apa enggak?
Nadia  : Aku pengen punya teman lain
Angga : Jadi gak mau nih?
Nadia  : Aku pengen punya teman yang lain hee.

Sungguh bijak jawaban Nadia utntuk Angga. Setelah kejadian tersebut, Nadia tau, hati kita cuma satu dan butuh untuk diberi kebahagiaan. Cukup masa lalu buat pelajaran kedepannya. Tak pernah dalam hati Rani ingin memutus ikatan persahabatan dengan Angga. Sesuai dengan kemauan Angga, Nadia akan menjadi sahabat Angga meskipun kelak Nadia akan mendapat seseorang yang tulus mencintainya.

Hati bukan tempat untuk bermain. Takkan ada hati yang mampu bertahan sekuat Nadia, ia tetap tegar menghadapi liku-liku kisah cintanya. Hal yang perlu diresapi. Waktu terus berputas, tak semua orang bisa hidup dalam kondisi yang sama dengan masa lalunya. Orang yang bangkit lebih banyak mendapatkan kebahagiaan melebihi apa yang ia harapkan Jangan pernah menyia-nyiakan orang yang tulus mencintaimu. 

By : Yunita Kurniawati